Catatan Penting Budaya Literasi Kita Yang Cendrung Jalan Ditempat

OLEH: Stanislaus Bandut, S.Pd

Foto : Stanislaus Bandut, S.Pd

Seberapa pentingkah budaya literasi itu?

Literasi Menjadi topik perbincangan yang cendrung atau jarang muncul kepermukaan public saat ini. Justru yang paling banyak muncul  saat ini, diberbagai media social adalah cerewetan emak-emak dan ocehan kaum muda atau yang lebih tren disebut kaum milenial yang cendrung tidak berfaedah sama sama sekali.

Untuk masuk ke inti pembahasan ini, kita kaji terlebih dahulu pengertian literasi itu sendiri?

Education development Center Mendefenisikan Literasi lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis, lebih dari itu literasi adalah kemampuan individu dalam menggunakan potensi dan kemampuan yang dimiliki didalam hidupnya, dengan kata lain sebagai kemampuan dalam membaca kata dan membaca dunia. Sementara itu, UNESCO mengatakan literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, terutama dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks didapat oleh siapa dan dari siapa

Berdasarkan pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang, untuk mengoptimalkan kemampuannya baik dari segi kemampuan menulis (Writing Skills) maupun Kemampuan membaca (Reading Ability) Sehingga dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri, bagi masyarakat maupun bagi bangsa dan negara.

Problem yang terjadi disekeliling kita saat ini yaitu kurangnya pemahaman masyarakat lebih khususnya kaum muda tentang pentingnya budaya literasi sejak dini. Dunia literasi kita sekarang menjadi mati karena kurangnya partisipasi dan niat yang tinggi untuk menggali berbagai kemampuan yang ada dalam diri baik itu dari segi kemampuan menulis (Writing Skills) maupun Kemampuan membaca (Reading Ability).

Fenomena tersebut, yang menjadi salah satu penyebab perkembangan dunia literasi kita cendrung tidak maju-maju dan masih jalan ditempat saja. Masyarakat kita cendrung lebih menyukai hal-hal yang konsumtif dibandingkan menggali dan mencari sendiri informasi yang terjadi disekeliling kita.

Akibatnya, kita sering sekali berspekulasi tidak jelas dan menyimpulkan sesuatu tidak tepat pada sasarannya, sehingga menyebabkan munculnya tindakan-tindakan anarkis akibat tidak mencermati  dan mengkaji terlebih dahulu suatu persoalan.

Dikutip dari beberapa sumber, berdasarkan beberapa survei yang pernah dilakukan oleh PISA (Program For International Student Assessment) yang dirilis OECD (Organization for economic Co-operation and Development) Pada tahun 2019 yang lalu yaitu bahwa Indonesia menempatkan peringkat ke-62 dari 70 Negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Atas dasar persoalan tersebut, patutlah kita bertanya apakah kita tetap berdiam diri atau segera bangkit dari ketertinggalan kita?

Hemat saya, saatnya kita bangkit dari ketertinggalan kita dan mulailah menggali potensi yang kita miliki, untuk kita buktikan bagi dunia bahwa bangsa Indonesia juga bisa untuk mengembangkan kemampuan Writing Skills dan Reading Ability.

Hal ini dapat kita mulai dengan merubah cara pandang kita, jikalau sebelumnya kita menggangap literasi itu tidak berguna cobalah kita mulai merubah itu dengan memberikan karya-karya terbaik kita.

Untuk menutup tulisan ini saya mau mengatakan  bahwa “Hal yang paling berguna adalah ketika kita meninggalkan jejak karya kita kepada orang lain, sebab sesuatu yang berguna jikalau itu bermanfaat bagi orang banyak, sekalipun kita sudah mati”


REDAKSI||| STAN